1.
Metadata Buku
Ilmu Kesejahteraan Sosial
(Paradigma dan Teori)
(Paradigma dan Teori)
-Yogyakarta: Samudra Biru, cetakan I, November 2012 xx+ 134 hlm, 140 x 210
mm
Penulis : Miftachul Huda
Editor : Kasyadi
Desain Sampul : Muttakhidul Fahmi
Editor : Kasyadi
Desain Sampul : Muttakhidul Fahmi
Tata Letak : Maryono Ahmad
Diterbitkan Oleh:
Penerbit Samudra Biru
Jombangan, Gg. Onntosesno No. B 15 Rt 12/30
Jombangan, Gg. Onntosesno No. B 15 Rt 12/30
Banguntapan Bantul D.I. Yogyakarta
Email/fb : psambiru@gmail.com
Phone : (0274) 9494558
ISBN : 978-602-9276-09-1
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
- Ringkasan Isi Buku
Dalam buku ini menjelaskan tentang kesejahteraan secara
keseluruan mulai dari pengertian dan istilah hingga keniscayaan Revolusi Ilmu.
Kesejahteraan sosial sendiri merupakan ilmu praktik. Maka, dalam praktiknya
memerlukan berbagai metode intervensi. kritik definisi berupa
“Pekerjaan sosial adalah satu-satunya profesi yang
menamakan dirinya “pekerjaan”, sehingga orang awam dengan mudah merancukannya
dengan pekerjaan amal, pekerjaan relawan, pekerjaan yang tidak perlu dibayar.
Selain itu, pekerjaan berkonotasi kegiatan fisik, kerja otot, bukan kerja otak.
Menurut penulis, nama ini kelak menjadi “kecelakaan sejarah (historical
accident)” bagi pekerja sosial profesional.”
Selain pengertian kesejahteraan sosial itu sendiri, paradigma
dan teori juga tak luput dari pembahasan,
Penelitian kesejahteraan sosial, pemahaman terhadap paradigma, serta
mengenai beberapa paradigma dalam Kesejahteraan Sosial, diantaranya;
Neo-Konservatif, Liberal, Demokrasi sosial, dan Maexist.
Selain paradigma, yang menjadi pusat pembahasan adalah
pemahaman terhadap teori, mengenai beberapa teori dalam Kesejahteraan Sosial
antara lain; Teori psikodinamika, Humanis, Social
and Community Development, Radikal, dan Teori Anti-Oppressive.
Terkait konstruksi teori “celana dalam” Gus Dur, heboh
dan pikiran kemana-mana ketika pertama kali membuka lebar bagian daftar isi
buku ini, lantas halaman yang saya buka pertama adalah halaman 68, ternyata
setelah saya baca intinya membicarakan tentang social conctruction. Teori kesejahteraan sosial sesungguhnya berada
dalam konstruksi sosial. Teori dalam kesejahteraan sosial pada dasarnya
dibentuk oleh hubungan singular antara pekerja sosial, klien dan konteks
sosialnya (Payne, 1997:1).
Selain mengenai “celana dalam” Gus Dur, dalam buku ini
dijelaskan terkait “revolusi ilmu kesejahteraan sosial: sebuah keniscayaan”.
Dalam bab IV, dimana didalamnya dibahas masalah paradigma atau problem
paradigmatis, selain itu juga dibahas terkait anomali-anomali, dan yang menarik
ketika membaca tetang keniscayaan revolusi ilmu.
Sedikit mencoba mengupas bab IV, berbicara masalah
“refleksi teori kesejahteraan sosial”. Menarik sekali ketika kita menemukan
kasus-kasus yang dikupas didalamnya, misalnya penulis disini menceritakan
tentang realitas permasalahan yang ada di negara ini. Contohnya; ketika penulis
mengulas kembali tentang pembubaran Departemen Sosial di masa kepemimpinan
presiden Abdurrahman Wahid (biasa di sapa Gus Dur).
Pada tanggal 26 Oktober 1999 yang menghebohkan negeri ini, dengan sangat meyakinkan ia membubarkan Departemen sosial, alasan beliau membubarkan Depsos memang
dapat dimengerti yakni karena kasus korupsi sudah mendarah daging dan tentutan
masyarakat yang tinggi terhadap pemberantasan korupsi. Sehingga Gus Dur
mengambil keputusan untuk membubarkan Depsos karena telah menjadi ladang
korupsi yang sangat serius.
Sejak saat itu nasib kesejahteraan sosial di
Indonesia terlunta-lunta. Panti-panti sosial yang berjumlah puluhan hingga ratusan,
bagaikan ayam kehilangan induknya. Meskipun masih tetap berjalan, tentu
mengalami problem yang sangat serius.
Yang menarik selain karena praktik korupsi, alasan
filosopi Gus Dur adalah kesejahteraan sosial telah menjadi lahan bisnis,
sehingga pemerintah tidak perlu lagi ikut campur dalam mengintervensi masalah
kesejahteraan sosial ini (Republika, 29/10/1999). Mengingat hal itu, tentu kita
ingat bagaimana debat epistimologi antara paradikma konservatif dan liberal
(Huda, 2009:94-100).
Keduanya memiliki pandangan yang bertolak belakang
khususnya berkaitan dengan siapa yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
sosial suatu warga negara. Yang pertama, (konservatif) menganut ekomoni pasar bebas
yang menolak intervensi negara, termasuk dalam urusan kesejahteraan sosial.
Negara hanya boleh turun tangan jika masalah sosial telah parah. Yang kedua
(liberal) cenderung mendukung welfare
state dimana kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab negara.
Selain kasus pembubaran Depsos, dalam menjelaskan kepada
pembaca mengenai paradigma dan teori, penulis buku ini juga bemberikan contoh
kasus lain yang sepertinya tengah marak dinegara ini, yaitu degradasi moral.
Marak sekali terjadi kasus pengeroyokan, perkelahian dan yang membuat kita
geleng-geleng kepala kerap kali terjadi tawuran antar pelajar. Dalam bab IV atau
bab terakhir buku ini penulisnya memaparkan secara cukup detile dan mudah
dipahami tentang kasus tawuran antara SMAN 6 dengan SMAN 70 yang terjadi pada
24 september 2012 yang lalu.
Saya pikir, tidak perlu lagi saya ceritakan kronologis
kasusnnya, la wong.. kalau saya tulis
lagi isinya juga njiplak dari buku yang saya resume. Saya lebih senang
menganalisis dan memberikan kritik, serta penilaian terhadap sebuah buku, tak
terkecuali buku ini.
Namun satu hal yang perlu saya bagikan pada pembaca semua,
satu point mengenai urgensi (pentingnya) paradigma dan teori dengan ilmu
kesejahteraan sosial, amat sangatlah penting dan tidak dapat terelakan. Mengingat
paradigma dan teori-lah yang menjadi acuan kita dalam rangka mengkaji dan
mengulas segala hal-hal dan masalah sosial yang ada. Jadi paradigma dan teori
baik yang kita adopsi dari barat ataupun yang lahir dan berkembang di Indonesia
sendiri baik berdasarkan pengamatan atau penelitian amat sangat penting sebagai
tombak kemajuan epistimologi dan terminologi ilmu kesejahteraan sosial itu
sendiri.
Analisa dan Penilaian
Ø Analisa
Buku
ini ditulis dengan cara yang yang cukup baik. Kalau kita perhatikan antara concept map, uraian, dan pertanyaan
dalam assignments, jelas sekali betapa pikiran penulis sangat padu. Concept map menjelaskan Ilmu Kesejahteraan Sosial paradigma dan Teori dan
isinya juga menjelaskan seperti apa
yang digambarkan. Bila kita analisa lebih dalam, konsonan kata yang
dipergunakan jaga cukup baik.
Namun
disisi lain, setiap buku pasti memiliki karakter yang berbeda dan selalu
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Demikian juga dengan buku ini,
dalam menguraikannya sangat baik, jarang sekali
saya temui buku-buku yang membicarakan paradigma dan teori menyertakan
kasus-kasus dan contoh dalam kontek masyarakat secara mendalam dan kongkrit.
Namun, dalam buku ini, penulis sangat cekatan memberikan
gambaran pada pembaca untuk mengantarkan pembacanya mencermati situasi sosial
disekelilingnya. Yang mnenarik perhatian saya sebagai pembaca.. lagi-lagi
“celana dalam” Gus
Dur, benar yang dikatakan penulis sebelum membaca isinya
pikiran saya (social construction) yang ada dalam pikiran
saya entah terbang kemana-nama, ngalor-ngidul, kukuen-kukiri
(kekanan dan ke kiri) [dalam versi bahasa Gayo, suatu suku monoritas di Aceh, lihat
pula : www.lintasgayo.com].
dan tidak karuan. Namun, setelah membacanya yang saat itu juga bertepatan
dengan memperkenalkan dan bedah buku ini di teatrikal fak. Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pikiran saya sempat mengawang-awang dan tidak
mendengarkan apa yang disampaikan Pak. Waryono kala itu, namun setelah
membacanya baru saya mengangguk-angguk dan dapat menyimpulkan apa yang dimaksud
“celana dalam” Gus Dur pada buku ini.
Kembali kepermasalahan, pandanga saya
sendiri, secara keseluruhan sudah cukup baik apa yang di sampaikan dalam buku
ini, terbukti ketika membuat ringkasan
saya tidak mendapatkan-kesulitan yang berarti dalam membut
kesimpulan dari setiap sub-sub judul buku yang ada didalamnya.
Ø Penilaian
Walaupun saya belum membaca secara keseluruhan isi buku
ini. Namun saya yakin buku ini merupakan buku ajar yang baik. Mahasiswa dapat
membaca buku ini sebagai acuan pembelajaran dan
sekiranya terdapat kata-kata atau contoh yang dibuat sulit dipahami, maka
pembacanya dapat meyimpulkan atau menambah referensi dengan membaca-baca artikel-artikel lain untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tentang ilmu
kesejahteraan sosial khususnya paradigma dan teori.
Tulisan Miftachul Huda, M.Si. dalam buku ILMU
KESEJAHTERAAN SOSIAL Paradigma dan Teori memiliki
keunikan tersendiri dimana dalam penyampaiannya menggunakan bahasa
yang singkat padat dan jelas untuk dipahami.
Sebagai
seorang mahasiswa, kita juga harus kritis dalam menilai setiap buku yang kita
baca, baik dari segi penulisan, pemaparan, pengkajian dan kesimpulan yang
diberikan.
Sedikit kekurangan dari buku ini yang saya dapatkan,
bukan tentang penulisan,
pemaparan, pengkajian dan kesimpulan yang diberikan. Melainkan percetakannya, atau mungkin pada saat pengelemannya kurang
diperhatikan sehinggan hanya dalam waktu satu sampai dua minggu
lembaran-lembaran kertanya sudah berhamburan terlepas dari covernya (buku ku wes rusak e pak..... :D).
Hal-hal teknis seperti ini saya pikir perlu diperhatikan
dalam pembuatan buku-buku dan karya selanjutnya dari pak Huda, kami selaku
mahasiswa senantiasa menunggu hasil karya bapak selanjutnya sekaligus sebagai
referensi bahan kuliah atau sekripsi nantinya, mengingat masih sangat langka
buku-buku terkait Ilmu kesejahteraan sosial dalam versi bahasa Indonesia.
Akhirnya, terlepas dari segala kekurangan yang ada, sekali lagi buku ini sangat
layak untuk dibaca oleh para mahasiswa ataupun dosen dalam bidang terkait
(sosiatri, pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat, kebijakan sosial);
aktivis yang bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), birokrasi di
departemen sosial, pemerhati masalah sosial, maupun pihak-pihak yang mempunyai
minat dalam bidang pekerjaan sosial.
Good luck untuk
pak Huda atas karya-karyanya. kami senantiasa menunggu hasil karya selanjutnya,
sebagai acuan pengamatan, penelitian yang tujuannya tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk mencetak peksos-peksos profesional
serta membuat sebuah konsep paradigma dan teori yang tepat sesuai
konteks Indonesia yang sarat akan suku, ras, agama, bahasa dan budaya.
Sekian...
untuk bisa mendapatkan bukunya bisa pesan d mna pak ??? terima kasih.
ReplyDelete