Thursday, November 7, 2013

Memerangi Korupsi dan Memulainya dari Diri Sendiri

#Muslim anti korupsi


Korupsi, bila kita searching diinternet maka akan banyak sekali muncul pengertian tentang korupsi. Namun yang penulis dapatkan, sebenarnya korupsi ini berasal dari bahasa latin: yakni corruptio atau corrumpere yang bermakna busuk, rusak, memutarbalik, serta menyogok. Bila kita telusuri lebih dalam terkait korupsi yang terjadi di Indonesia misalnya, korupsi bisa dibilang tindakan kriminal yang dilakukan secara halus dan biasanya dilakukan oleh pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat didalamnya atas dasar dan tujuan tertentu. Misalnya, untuk mendapatkan keuntungan sepihak dengan menyalahgunakan kepercayaan publik.

Argumen diatas hanya sekilas jika kita berbicara masalah korupsi pada takaran teori. Namun satu hal yang ingin penulis sampaikan ketika mendapat info tentang lomba menulis pada tanggal 26 Oktober lalu. Ada sebuah ungkapan menarik disana, kira-kira begini “Apakah anda Muslim Anti Korupsi? Mari Perbaiki Bersama Bangsa ini dengan mengikuti Lomba Menulis tentang budaya korupsi yang merusak mental spiritual bangsa kita dan bagaimana cara memperbaiki kerusakan akibat budaya korupsi yang merajalela di tengah masyarakat Indonesia.” Ada makna yang tersirat sebenarnya disana dan penulis menyimpulkan ‘kalau saya mengikuti lomba ini terlepas dari menang ataupun kalah, paling tidak saya sudah berpartisipasi sebagai seorang muslim anti korupsi dan sedikit berkontribusi memperbaiki bangsa walau hanya melalui tulisan’. hehe..

Nah,, sekarang kembali kepermasalahan, jika kita menyaksikan berita di televisi maka berita yang tidak pernah absen dan selalu muncul adalah tindak pidana korupsi. Kasusnya seperti apa saja? Pasti kebayang kan? Misalnnya kasus Wisma atlet, Hambalang, Century dan yang tengah hangat-hangatnya diperbincangkan baik dimedia cetak maupun media elektronik saat ini adalah kasus suap yang menyeret nama ketua MK, tau sendirikan siapa pelakunya? miris melihatnya. Dari beberapa kasus yang disebutkan diatas, status pelakunya juga bermacam-macam, mulai dari yang saksi, terduga, hingga tersangka dan akhirnya mendekam dalam penjara. Tapi, ada juga yang jelas-jelas ia tersangaka tetap bisa berlalulalang dan beraktifitas seperti biasa. Mengapa demikian? Entahlah..

Satu statement yang juga penulis ambil dari info lomba menulis dengan tema “Muslim Anti Krupsi’ yang isinya begini, “korupsi sudah sangat mengakar dalam kehidupan masyarakat kita...” benar atau tidaknya ungkapan tersebut, namun fakta berbicara demikian. Banyak sekali kasus korupsi di negeri ini, mulai dari yang kelas teri sampai pada kelas kakap dan itu ditandai dengan banyaknya berita-berita tentang kasus korupsi yang seolah tiada habisnya, bahkan selalu bermunculan dan mulai terbongkar satu-persatu. Jika sudah seperti ini, wajar jika banyak masyarakat yang kecewa dengan sistem birokrasi dinegara kita dan ada beberapa yang memilih golput dari pada menggunakan hak suaranya dalam pilkada atau pemilihan umum misalnya, sehingga terjadilah berbagai ketimpangan dan ketidakadilan sosial di negeri ini. Padahal jelas-jelas terdapat sebuah nilai pada sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun sayangnya, belum semua warga negara kita merasakan keadilan seperti apa yang tertanam dalam sila kelima tersebut.

Kalau sudah begini jadinya, rasanya saya ingin hidup di zamannya Khalifah Umar bin Khatthab seperti yang sering ibu ceritakan kepada saya setiap hendak tidur diwaktu masih kanak-kanak, setiap sebelum tidur, ibu sering bercerita atau berdongen, satu yang masih teringat dibenak penulis adalah tentang bagaimana kita sebagai muslim untuk meneladani kepemimpinan Umar bin Khatthab. Dimasa kepemimpinannya, sama sekali tak ada tindakan korupsi, sistem birokrasinya juga terbuka, tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyat, dana zakat dikelola dengan sangat baik hingga warganya hidup makmur dan penyebaran agama Islam berkembang sangat  pesat hingga hampir keseluruh jazirah Arab. Khalifah Umar juga dikenal sangat keras dan tegas namun juga Amanah dan bertanggung jawab serta memiliki rasa kasih sayang kepada rakyatnya. Yang masih teringat dibenak saya, ketika ada sebuah kisah dimana pada suatu malam, pada saat Khalifah Umar bersama pembantunya bernama Aslam sedang melihat-lihat kondisi rakyatnya, beliau menemukan seorang ibu yang sedang memasak dan dua orang anaknya menangis tiada henti. Ketika ditanya, sang ibu yang tidak mengetahui jika itu Khalifah Umar menjawab semua ini karena Khalifah Umar yang tidak memperhatikan rakyatnya padahal dia adalah seorang janda yang ditinggal mati suami karena ikut berperang membela agama islam. Karena tidak memiliki apa-apa, sang Ibu menyuruh anaknya berpuasa dan saat berbuka tiba sang ibu memasak batu yang tentu tidak bisa matang sambil sesekali menghibur kedua anaknya. Khalifah tidak marah dan langsung menuju gudang penyimpanan gandum, memanggulnya sendiri tanpa mau dibantu lalu memasakkannya untuk keluarga tersebut. Dari sepenggal kisah ini, tentu sudah sangat jarang sekali kita melihat sosok pemimpin yang berhati mulia dan yang benar-benar ingin bekerja setulus hati demi kepentingan rakyat seperti Khalifah Umar, kalaupun ada masih sangat sedikit jumlahnya, inilah yang menjadi problem di negara Indonesia.

Berbicara penomena korupsi di Indonesia bukanlah hal yang tabu, tanpa kita sadari terkadang kita juga sering melakukan tindak korupsi walaupun hanya dalam jumlah dan skala yang kecil. Seperi ketika kita telat datang dalam sebuah pertemuan atau janjian atau istilah umumnya ‘jam karet’ banyak orang mengatakannya, contoh lain misalnya ketika kita tanpa diduga tertangkap polisi saat berkendara dan terkena tilang yang ujung-ujungnya biasanya akan ada sebuah negosiasi kecil-kecilan disana untuk mengajak polisi damai, demi keuntungan keduabelah pihak tindakan suap berupa ‘uang pelicin’pun tak dapat dielakkan. Inilah beberapa contoh tindak korupsi yang sudah melekat pada sebagian besar warga negara Indonesia. Kalau sudah begini, yang jadi pertanyaannya sekarang adalah, sampai kapan korupsi akan terus menggerogoti masyarakat kita? jangankan dalam skala dan jumlahnya yang besar yang akan menyeret beberapa tokoh dan pejabat elit pemimpin negeri ini, dalam skala kecilpun kita masih sering melakukannya. Bukankan seperti kata pepatah mengatakan ‘hal yg sangat kecil dapat menyebabkan masalah yg sangat besar, maka jangan pernah meremehkan hal-hal kecil’. Begitu juga dengan korupsi, kalau kita sudah terbiasa melakukan tindak korupsi dalam hal-hal kecil, bukan tidak mungkin sewaktu-waktu korupsi dalam jumlah yang besar akan kita lakukan.  Astagfirullah, mudah-mudahan kita senantiasa dalam lindungan Allah Subahnawataala.

Pada akhirnya, Marilah kita bersama-sama untuk memerangi dan memberantas korupsi dimulai dari diri kita sendiri. Karena segala sesuatu yang baik akan lebih baik lagi bila kita memulainya dari diri kita terlebih dahulu.  Cukup kita bercermin pada kesalahan orang lain selain kesalahan diri kita sendiri, agar kita tidak terjerumus pada kesalahan yang sama dan akan memacu kita agar kesalah itu tidak menimpa kita. 

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ringan ini. 



kunjungi link ini juga ya:



No comments :

Post a Comment