Monday, November 25, 2013

Liburan ke Solo, Perjalanan yang Mengesankan


Surakarta, atau biasa orang menyebutnya kota Solo merupakan kota yang sangat kental akan sejarah yang menjadi kebanggaan masyakatnya. Sebuah tempat yang membuat saya terkesima dengan beragam warisan budaya dan pesona alamnya yang sangat mempesona. Paling tidak beberapa hari harus Anda sisihkan waktu untuk menikmati semua sajian wisata yang mengagumkan disini, Di kota Solo. Dari menjelajahi kota sambil melihat keraton, mengunjungi pasar tadisional, berbelanja batik dan sebagainya. itulah beberapa keinginan yang masih belum terealisasikan dalam perjalanan hidup saya.

Sebelumnya, perkenalkan nama saya Muhammad Erwin Dianto, atau Erwin biasa teman-teman memanggil. Saya lahir dan dibesarkan Di Bumi Serambi Mekkah atau provinsi Aceh. Walaupun saya besar di Aceh, namun darah dan logat Jawa tetap melekat dan tidak bisa hilang dari diri saya karena memang masih memiliki garis keturunan Jawa dari ibu saya. Bahkan pada saat awal-awal saya sekolah di Madrasah Aliah Negeri 1 Takengon sekitar pertengahan tahun 2008 saya memiliki sapaan akrab “Mas Jowo” entah siapa yang memulainya, namun saya tetap senang, bangga dan bersyukur dengan apa yang dianugerahkan Tuhan kepada saya.

Sekilas perkenalan dari saya, namun yang menjadi inti dari tulisan ini sebenarnya saya ingin berbagi pengalaman pada saat saya mengunjungi kota Solo dalam beberapa kesempatan. Kecintaan saya terhadap Solo bukanlah seperti cintanya anak jaman sekarang yang mudah “putus nyambung” kaya lagunya BBB, melainkan kecintaan saya terhadap Solo seperti lagunya Afgan yang liriknya kira-kira begini “cintaku, bukanlah cinta biasa...” (hanya sekedar lelucon, walaupun kelihatannya tidak lucu, #lanjut nulis).

Ya, rasa kagum saya terhadap kota Solo sudah sangat lama.  Dimulai beberapa tahun lalu sejak saya memiliki handphone murahan namun sudah dilengkapi dengan fasilitas MP3, dan beberapa lagu hits campursari milik Didi Kempot selalu memuncaki daftar pilihan yang akan saya putar setiap hari. Diantaranya lagu yang berjudul Stasiun balapan, Sewu kuto, Tanjung Mas Ninggal Janji dan Parang Tritis selalu menjadi pilihan saya sebagai pelepas rindu keinginan berkunjung ketempat-tempat yang disebutkan dalam lirik lagunya Kang Mas Didi Kempot. Lagu-lagu itu juga yang berperan besar dan menjadi alasan mengapa saya memilih untuk kuliah, menuntut ilmu dan merantau jauh dari tanah kelahiran menuju kota pelajar tepatnya di Yogyakarta setelah bermusyawarah dan bernegosiasi dengan kedua orang tua tercinta (#ngeles). Mulanya saya ingin kuliah Di Solo, tapi bukan karena kampus favorit saya ada Di Solo, melainkan karena Stadion Manahan Solo. Saya seolah memiliki keterikatan batin dengan stadion tersebut lantaran Stadion Manahan sering sekali digunakan untuk laga-laga sepak bola naisonal maupun internasional. Sampai sekarang, yang masih saya ingat adalah laga final liga Indonesia 2006 antara Persik Kediri melawan PSIS Semarang. Pertandingan berkesudahan 1-0 untuk kemenangan Persik Kediri dan menjadi kampiun liga Indonesia 2006 (miris, cuma menyaksikan drama sepak bola penuh gengsi ini hanya melalui layar televisi, namun lagi-lagi saya tetap senang dan bersyukur karena Solo sukses menyelenggarakan laga final tersebut).

Sampai pada akhirnya, tepatnya tanggal 25 bulan Mei tahun 2011 dalam catatan sejarah kehidupan dan dengan seizin Tuhan, saya akhirnya menginjakan kaki untuk pertamakalinya Di kota Solo, setelah sehari sebelumnya saya tiba Di kota Yogyakarta. kunjungan ke Solo kali pertama ini bukanlah untuk liburan, melainkan untuk menyaksikan laga final sepak bola divisi utama liga Indonsia antara Persiba Bantul melawan Persiraja Banda Aceh. Sedikit kecewa karena tim yang saya jagokan Persiraja Banda Aceh harus menyerah ditangan Persiba Bantul dengan skor tipis 0-1, Alhasil Persiba yang menjadi kampiun divisi utama liga Indonesia.

Stadion Manahan Solo
(Persiba Bantul Vs Persiraja Banda Aceh, Mei 2011)
VIP & VVIP
(Tribun Utama Stadion Manahan Solo)
(Tribun Timur Stadion Manahan Solo)
Disisi lain saya sangat senang karena bisa mengunjungi sebuah kota yang sebelumnya hanya ada diawang-awang pikiran saya, disini jugalah saya pertama sekali mendengar, melihat dan mengenal yang namanya angkringan dan nasi kucing. Sekedar berbagi informasi, bahwa angkringan sebenarnya berasal dari bahasa Jawa yaitu; 'Angkring' yang berarti duduk santai, adalah sebuah gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan khas seperti nasi kucing dan minuman semisal es teh dan es jeruk yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan di Joglosemar atau Jogja, Solo, dan Semarang. Awal-awalnya terdengar aneh dan janggal dalam pikiran singkat saya, kalau yang namanya nasi kucing ya berarti yang makan juga kucing 'donk?. Tapi ternyata, kalau makanan ini dia sudah masuk kemulut, adooooohh.. tak ada yang bisa tahan dia punya godaan (sok-sok bahasa ketimuran #berantakan). Tapi serius, sampai-sampai saya habis enam bungkus nasi kucing, lima gorengan, serta segelas es teh. Entah memang saya amat sangat lapar karena menahan perut yang keroncongan selama pertandingan sepak bola berlangsung, atau memang karena rasa nasi kucing+sambal yang begitu nikmat. Tapi yang jelas, kejadian ini menjadi sebuah pelajaran dan pengalaman hidup paling mengesankan yang saya dapatkan Di Solo.

Angkringan
(sumber: www.ciputraentrepreneurship.com)
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, tujuan saya terbang jauh-jauh dari Aceh ke Jogja dan Solo bukanlah untuk sekedar berlibur atau menyaksikan pertandingan sepakbola dan makan nasi kucing saja. Lebih dari itu, saya masih memikul tanggung jawab yang sangat besar yang diamanahkan ayah dan ibu kepada saya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, yakni kuliah untuk menuntut ilmu sekaligus meendapat gelar sarjana atau S1. Sayapun memilih untuk kuliah Di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Statuspun kini berubah, kalau sebelumnya hanya bertitel siswa, kemudian lulus Ujian Nasional dan menganggur beberapa bulan, kini saya mendapat pengakuan baru yakni sebagai mahasiswa walau rasanya masih agak canggung. Namun yang namanya mahasiswa juga manusia biasa, tingkah lakunya juga terkadang unik-unik. Ada yang sangat aktif diberbagai kegiatan kampus dan sebagainya, ada juga begadang setiap malam walau begadang itu tiada artinya (wes koyo lagune bang Haji), ada juga yang asik nongkrong bersama teman-teman seperjuangannya, walau sekedar berdiskusi kecil-kecilan disela-sela nongkrong seusai makan malam dan inilah yang biasa saya lakukan bersama teman-teman. Hal-hal yang dibicarakan juga bermacam-macam, mulai dari politik (walau dikelas hanya fokus pada handphone masing-masing), tingkah polah mahasiswa, wanita juga tidak lepas dari bahan gosip-gosipan serta tidak luput dosen menjadi sasaran pembicaraan dan sebagainya. Sampai pada satu momen kami membicarakan untuk jalan-jalan ke Solo.

Mulanya saya curhat kepada kedua sahabat saya, yakni Darmanto atau lebih seneng dia dipanggil Bbebk , katanya Bbebk itu singkatan dari Benar-benar keren (#pprrreeeeettt...) Bbebk berasal dari kota Magelang dan teman saya yang satunya yakni Udin biasa dipanggil Udin, ia berasal dari Pati Jawa Tengah. Ceritanya saya curhat pada teman-teman saya ini dan membujuk mereka untuk menemani saya naik kereta api (jujur saya belum pernah naik kereta api sama sekali) karena memang di Aceh tidak ada alat transportasi kereta Api. Usut  punya usut, ternyata eh’ ternyata, kedua teman saya ini juga belum pernah merasakan apa yang ingin sekali saya rasakan (mbaten saya, iki cah loro lahir neng Njowo, gede neng Njowo, urip yo neng Njowo tapi kok yo gedenen di dzolimi, mosok numpak Kereto e rapernah ki pie?). Hingga kami putuskan untuk berlibur diakhir pekan mengunjungi kota Solo, tentu dengan menggunakan Kereta Api (ben ra ketok banget le ndeso).
Saya Di stasiun Lempuyangan
Tiket kereta Prameks II
Anam, Bbebk, dan Udin
Tercapailah hasrat keinginan kami untuk menaiki kereta apa, tepatnya pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2012 sebagai moment yang paling berkesan saat kami bertandang ke kota Surakarta, mengapa berkesan? Karena liburan yang satu ini tidak ada tempat khusus yang ingn dikunjungi. Intinya kami kepingin naik kreta dan sampai Di Solo. kamipun bertolak dari stasiun Lempuyangan sekitar pukul 09:35.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam lebih lima menit bersama kereta bernama PRAMEKS_II, tibalah kami di stasiun Balapan kota Solo pada pukul 10:40 WIB. Dengan tiket hanya sebesar Rp. 10.000 tentu sangat terjangkau untuk ukuran mahasiswa seperti kami dan masyarakat umum yang tinggal diseputaran Jogja-Solo untuk berliburan naik kereta dan menjadi salah satu alternatif liburan seperti yang kami lakukan. Hehe..

Setelah tiba Di stasiun Balapan, kami langsung mencari warung makan, namun karena kami hanya berjalan kaki maka kami hanya berkunjung kebeberapa titik diseputaran stasiun (#wedi kesasar). Hingga setelah beberapa menit pontang panting berjalan kesana kemari, kami memutuskan untuk makan Di Angkringan, tepatnya disamping perempatan sekitar monumen Banjarsari. Setelah menunaikan tugas memberi makan siperut, kami sempatkan sejenak untuk berteduh dan berfoto-foto ria dikawasan Monumen Banjarsari.
Bersaintai dan menikmati sejuknya taman Monumen 45 Banjarsari

Bbebk & Udin pingin exis

Saya juga tak kalah exis
Saya tak habis pikir, dibenak saya monumen ini sebelumnya adalah kawasan kumuh yang padat akan Pedagang Kaki Lima (PKL). Namun kini, tempat tersebut sudah menjadi tempat wisata keluarga, kawasan terbuka hijau dan ramah dengan para pejalan kami seperti kami. Tentu hal ini tidak lepas berkat tangan dingin mantan wali kota Solo yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang mampu merelokasi PKL tanpa adanya baku hantam, tanpa adanya tonjok-tonjokan seperti yang biasa kita liat di berita Televisi. Melainkan relokasi PKL dari Monumen 45 Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo berlangsung sangat tertib dan manusiawi.

Setelah puas berfoto-foto dan menikmati keindahan Monumen 45 Banjarsari, kami melanjutkan perjalanan menuju monumen Patung Mayor Achmadi di Proliman Banjarsari.

Berkelana disekitaran monumen 45 Banjarsari
Sekedar informasi, monumen Patung Mayor Ahmadi di Proliman Banjarsari diresmikan pada tanggal 7 Agustus 2010. Pemilihan tanggal disesuaikan dengan nilai filosofis, yakni pada tanggal itu pernah terjadi serangan umum. Serangan Umum Surakarta berlangsung pada tanggal 7-10 Agustus 1949 secara gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Menurut catatan sejarah, serangan itu digagas di kawasan Monumen Juang 45, Banjarsari, Solo. lihat (www.soloaja.com)
Kokohnya Monumen Patung Mayor Achmadi

Monumen Patung Mayor Achmadi dari belakang

Monumen Patung Mayor Achmadi dari depan

Anam (orange) juga kepingin exis bareng Patung Mayor Achmadi
Namun disela-sela berfoto ria Di monumen Patung Mayor Ahmadi, hujan mengguyur kota Solo, kamipun kelabakan mencari tempat berteduh. Sampailah kami disebuah masjid dan bertehud hampir tiga sampai empat jam, kami sempatkan untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan Ashar dimasjid tersebut sambil menunggu hujan reda.

Ahirnya hujan mulai reda sekitar pukul 15:30 WIB, kami pun memutuskan untuk kembali ke Stasiun, namun yang namanya anak-anak muda narsis, kami sempatkan kembali untuk mengabidakan moment-moment yang sangat berkesan ini. Kami berfoto-foto ria kembali disebuah halte bus atau sejenisnya tepatnya didepan Pasar Ayu Balapan Surakarta.
Bbebk dengan sendal jepitnya

Saya dan Aman menapat serius kearah pasar Ayu Balapan


Pasar Ayu Balapan dijepret dari seberang jalan
Sempat terjadi perdebatan kecil saat kami berada didepan pasar Ayu Balapan, si Udin sangat ingin masuk ke pasar tersebut untuk melihat apa yang ada didalamnya, manun si Bbebk lebih memilih untuk kembali ke Stasiun, takut kehabisan tiket kereta. Untuk menghindari perdebatan yang lebih panas, Aman yang wataknya memang lebih dewasa mencoba mengambil jalan tengah, dan memutuskan perkara tersebut dan akhirnya berdasarkan pemikiran intelektualnya si Aman, "Sebaiknya, saat ini kita ke Stasiun saja, biar ngk kehabisan tiket, namun dilain kesempatan kita sisihkan waktu untuk kembali mengunjungi Solo dan salah satu tempat yang akan kita tuju adalah pasar Ayu Balapan, pie Din...? setuju ra...? dengan lugunya si Udin mengiyakan kata-kata bijak si Amam, "yo wes.. neng tenan sikok nak rene meneh, kudu melebu pasar Ayu yo" (ya sudah, tetapi jika satu saat kita kembali ke Solo lagi, harus masuk ke pasar Ayu). teman-temanpun menyepakatinya.

Sampai pada akhirnya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Balapan.
Jl. Gajah Mada

Setibanya kami di stasiun, kami putuskan untuk membeli tiket kereta tujuan Jogja bernama Sriwedari AC cukup dengan harga tiket Rp. 20.000 namun sudah difasilitasi dengan tempat duduk dan AC.
 
Bbebk & Rel kereta di Stasiun Balapan

Salah satu gerbong kereta

satu-satunya foto kami berempat

JANGAN BERCANDA DENGAN MAUT..!!

Sebelum kereta bertolak menuju Jogja, kami sempatkan untuk sejenak kembali berfoto-foto di stasiun Balapan. Saya pribadi masih merasa mimpi bisa menginjakan kaki di Stasiun Balapan, yang kalau sebelumnya hanya dapat saya nikmati melalui lagunya Didi Kempot.

Sebagai klosing-stetmen ada beberapa point yang ingin saya sampaikan.
  1. Masyarakat Solo ramah-ramah, sekali kita senyum langsung dibalas dengan senyuman (#gombaalll)
  2. Kotanya cukup bersih dan nyaman serta ramah bagi pejalan kaki
  3. Sarana transportasi masalnya juga mudah dijangkau
  4. Sangat tepat menjadi tempat berlibur keluarga dan wisata kuliner salah satunya #Nasi Kucing
  5. Mata kita akan dimanjakan dengan berbagai peninggalan sejarah, budaya serta keunikan-keunikan lainnya.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan, tapi sulit diungkapkan dengan kata-kata :P.. walaupun hanya sekilas tapi saya beruntung sudah mengunjungi salah satu kota yang menjadi icon Indonesia di mata Dunia. Yang jelas, kita harus bersyukur atas ciptaan Tuhan yang entah bagaimana Ia merancangnya. Sebagai manusia, sudah selayaknya dan sepatutnya kita untuk menjaga keasrian dan melestarikan kota Surakarta dan segala yang ada didalamnya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ringan ini dan kami persembahkan untuk mengikuti lomba menulis "Tentang Kota Solo" yang diselenggarakan oleh kesan.tentangsolo.web.id.


Literatur pendukung:
»»  READMORE...

Monday, November 18, 2013

Pesona Apel Tanah Abu

Jika berbicara masalah buah apel dan mengait-ngaitkan dengan tempat tumbuh suburnya buah yang satu ini, pasti di benak kita selalu tertuju pada sebuah kota, yakni kota Malang. Akan tetapi, bila kita hendak mengunjungi kebun apel yang ada di kota Malang rasanya terlampau jauh dan menghabiskan terlalu banyak biaya.

Bagi pembaca yang tinggal diseputaran tanoh Gayo khususnya tak perlu kawatir, bagi anda yang sama sekali belum pernah berkunjung kekebun buah apel dan ingin sesekali berlibur bersama keluarga, tempat yang satu ini mungkin bisa menjadi wahana berlibur bersama sanak saudara.

Kebun buah apel yang ada di Tahan Abu, kecamatan Atu Lintang, Kabupaten Aceh Tengah ini salah satunya. Merupakan kebun apel yang memiliki daya tarik tersendiri, juga memiliki cita rasa yang khas dan memberikan kepuasan saat kita menikmatinya.


Saat musim panen tiba, pengunjung diperbolehkan melihat-lihat dan memetik buah apel sendiri. Seorang ibu pemilik kebun saat ditanyai bagaiamana mula membudidayakan buah apel, “Cuma coba-coba awalnya nak, ibu Cuma nanam beberapa pohon, tapi kok pohon apel tumbuh subur dan berbuah di Tanahabu dan beberapa daerah lainnya di kecamatan Atu Lintang yang saat ini masih dalam masa tanam. Mungkin aja satu atau dua tahun kedepan daerah ini akan menjadi objek wisata” tambahnya.

Untuk setiap pengunjung yang hendak membelinya, dan menjadikan buah apel sebagai buah tangan atau oleh-oleh selepas berkunjung. Setiap pengunjung dikenakan biaya Rp. 25.000/Kg buah apel. rasanya tidak terlampau mahal jika kita bisa memetik dan memilih-milah sendiri buah apel yang ingin di makan.

Tempat objek wisata kebun buah apel yang satu ini juga tidak terlampau jauh. Untuk sampai di tempat tujuan, hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 1 jam dari pusat kota Takengon . Ditabah jalannya yang mulus dan pemandangan hijaunya perkebunan kopi diperjalanan memberikan daya tarik dan kepuasan batin tersendiri saat berkunjung ke agrowisata kebun buah apel Tanah Abu.





»»  READMORE...

Friday, November 15, 2013

PERONTONGEN

Ari kute Takengon..n
Ine aku pe berlangkah wow..ine..ee
Male munyambung sekulah ine.o.oh
Asal sesire muranto
Ine renyele ujien……
Kati engok bang kuliah wow..ine..e
Buge kase bang mutetah ine..wow..o
Ine nong nasep kupuren
Pengumumen tangkuh le akupe kalah wo..ine..e
Ari karena susah nenong peruntungen
Keta ku suasta bang aku kuliah….h
Wo…..ine………….e
Berkejang payah nge ku tempoh jelen
Jep tanggal tige puluh….
Sabe aku pe mutenah wo..ine…
Asal ari urang tue ine..wo
Aku muniro keremen
Tapi kengon besilo ni……..!
Gere pernah nae sawah..wow..ine
Oya ari karena susah ine….wo
Ni nong ama ine…e

            Mungenal mangan se I Aceh Tengah wow..ine..e
            Itatang barang pemerah ni kero
            Mejen gere mayo motor Aceh Tengah wow...ine
            Lagu nge betingkah nong laeng ni tuke

Olok di sayang o nasep ku sayang
Munatang barang pemerah ni kero
A here si enge tamat….at
Aku pe ari kuliah wow..ine.e
Sabe buet ku peperah wow..ine..e
Gere pernah demu illen
Ku engon oya pe seni…
Makin mokot makin payah..wo..ine.e
Nge sawah besiloni ine...o
Gere ara mulowongen

            Lagu sipercume ara pe ijajah wo..ine..e
            Kusi kumah-kumah nge ken penyesalen
            Deleni belenye singe kukuah wo.ine…e
            Ahere nge turah se munebang uten

Olok disayang o nasep ku sayang
Munatang barang pemerah ni belenye
Olok di sayang lao ku remenang
Turah munebang wan tubuh nge tue

Tidak semua hal yang kita lalui dalam hidup ini berjalan mulus, ada saja rintangan dan hambatan yang melanda kita sewaktu-waktu, misalnya; ketika seseorang dalam perjalanan dari satu daerah kedaerah lain ada saja hambatan yang menggangu, mulai dari bocornya ban motor, hujan, kemacetan, bahkan kecelakaan yang merengut nyawa. Begitu juga sebaliknya, ada yang tidak mendapatkan sebuah hambatan sedikitpun dan inilah yang kita harapkan dalam setiap perjalanan. Oleh karenanya, berdoalah setiap sebelum beraktifitas. Begitu juga perjalanan hidup, tidak semua manusia menjalani hidupnya dengan mudah. Namun, perjalanan hidup manusia dalam menjalani hidup ini bermacam-macam, ada yang selalu berusaha dengan bekerja keras tetapi tidak menuai hasil maksimal, ada juga yang usahanya tidak seberapa, akan tetapi hasilnya sangat tidak diduga keuntunungannya. Terlepas dari hal itu semua, sebagai makhluk yang diberi akal pikiran dan beragama hendaknya kita selalu mengiringi usaha kita dengan berdo’a.

Berbicara perjalanan hidup, penulis jadi teringan dengan sebuah lagu. Lagu Gayo tepatnya, mengisahkan perjalanan hidup seseorang pria yang hendak merantau dan mengadu nasib dengan kuliah diluar daerah dengan kemauan yang kuat untuk menuntut ilmu di kota besar dengan harapan mendapatkan hasil berupa ilmu dan mendapat pekerjaan yang layak setelah lulus nantinya. Akan tetapi, sulitnya masuk perguruan tinggi negeri favorit dan ketatnya persaingan untuk mendapatkan salah satu kursi di PTN yang ia idam-idamkan, membuatnya sedikit frustasi. Namun, dengan tekad yang kuat ia tetap berusaha dan selalu memanjatkan do’a walaupun kehendak Tuhan berbeda. Akhirnya, ia terpaksa masuk ke perguruan tinggi suasta yang biayanya relative tinggi.

Mungkin pembaca semua teringat atau lupa-lupa ingat apa atau bahkan belum pernah mendengarkan lagu daerah yang satu ini sama sekali. aja judul lagunya serta siapakah penyayinya? ‘Perontongen’ itulah dia, merupakan sebuah judul lagu yang dinyanikan langsung oleh penciptanya yaitu Alkirman, music Abadi/Ayu’s, Produksi AYU’S RECORD. Lagu ini memberikan kesan moral, terutama bagi para pelajar perantau asal Dataran Tinggi Tanoh Gayo khususnya Takengon yang tengah mengadu nasib dibeberapa daerah di Indonesia atau bahkan luar negeri.

Pesan-pesan apa saja yang tersirat pada lagu tersebut? Banyak sekali. Bila diresapi terkadang kita akan merenungkan apa yang akan saya lakukan setelah lulus kuliah. Mencari kerja? Tentu, karena pada dasarnya kuliah selain menuntut ilmu dijenjang yang lebih tinggi pastinya sebagai pra-syarat untuk mencari kerja yang layak di era sekarang ini.

Lirik yang dilantunkan pada lagu ini pun sangat menyentuh, misalnya;

‘Ari kute Takengon..n
Ine aku pe berlangkah wow..ine..ee
Male munyambung sekulah ine.o.oh
Asal sesire muranto


‘Dari kota Takenogn
Ibu,  aku berjalan
Untuk menyambung sekolah
Sekalian merantau


Ini adalah salah satu bait lirik yang memberikan pelajaran kepada pendengarnya, bahwa tokoh yang diceritakan dalam lagu tersebut memiliki tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikan. Tidak hanya sekedar kuliah, tetapi ia berniat untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik. Ditandai dengan keinginan kuatnya merantau, mencari ilmu, mencari pengalaman baru, hidup madiri, jauh dari orang tua, menjadi seseorang yang beguna yang sebelumnya bukanlah siapa-siapa dan tentunya memanfaatkan waktu untuk menuntut ilmu yang telah diberikan orang tuanya dengan tekad agar tidak mengecewakan keduanya.

Akan tetapi, impian manis yang semula telah dirancang dengan sedemikian rupa menariknya, mendapat batu sandungan berupa lobang-lobang yang tidak ia perkirakan sebelumnya, misalnya ‘Pengumumen tangkuh le akupe kalah wo..ine..e’ (pengumuman keluar dan sayapun kalah), ‘Ari karena susah nenong peruntungen’ (karena susahnya mendapatkan keberuntungan), ‘Tapi kengon besilo ni……..!, Gere pernah nae sawah..wow..ine, Oya ari karena susah ine….wo, Ni nong ama ine…e’ (tetapi kulihat sekarang ini…!, tek perlah lagi dating oh ibu, itu karena susah ibu, ini saya ayah ibu)

Walau bagaimanapun rintangan serta hambatan yang menerpa kepada tokoh dalam lagu tersebut, ia tetap tegar, tetap tabah walaupun harus menutupi segala kebutuhan hidupnya diperantauan dengan membanting tulang sembari kuliah yang tentunya hal ini sangatlah berat sekali. Namun berkat usahanya, jerihpayahnya serta do’a orang tua akhirnya ia memperoleh gelar Sarjana.

Namun sayang sekali, ending dari lagu ini tidak sebanding dengan usaha serta kerja keras yang dikisahkan dalam lagu tersebut. Seperti lirik berikut;

Olok disayang o nasep ku sayang
Munatang barang pemerah ni belenye
Olok di sayang lao ku remenang
Turah munebang wan tubuh nge tue


Itulah Perontongen atau keberuntungan tidak memandang siapa dia, siapa orangnya, seberapa keras usahanya, apakah petani, PNS, pelajar, pengusaha atau bahkan mahasiswa. Namun penulis menyimpulkan, bahwa apapun usaha yang kita lakukan, apa saja pekerjaan yang kita kerjakan selagi itu halal maka keberkahan akan senantiasa berdatangan pada kita. Keberuntungan juga datangnya tidak diduga-duga, Tuhan-lah yang memiliki rencana dibalik itu semua. Tugas kita sebagai manusia adalah mensyukurinya serta senantiasa berdo’a karena masih dalam lindungan Allah subhanauwata’ala.




»»  READMORE...

Thursday, November 14, 2013

Pemberlakuan Syariat Islam Di Aceh Sudah Tepat, Mengapa Di Gugat?

Setelah membaca bahan ajar dan prawacana FUF O9 yang bertemakan tentang Fiqih dan hukum positif Indonesia, penulis jadi teringat dengan diberlakukannya syariat Islam di Aceh. Betapa tidak? Sebagai WNI yang berdomisili di Aceh, penulis pernah merasakan ketatnya pemberlakuan hukum syariat Islam kala itu. Akan tetapi, akhir-akhir ini banyak sekali lembaga-lembaga kemanusiaan baik didalam maupun diluar negri yang menganggap bahwa penetapan syariat Islam di Aceh melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Jika melihat kilas sejarah, Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur. Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh, terakhir diberikan melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (LN 2006 No 62, TLN 4633).

Pernyataan diatas sebenarnya sudah sangat jelas, bahwa setiap daerah khususnya daerah yang diberikan keistimewaan dalam menetapkan hukum dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Akan tetapi, banyak kalangan yang menggugat pemberlakuan syariat islam di Aceh. Terakhir gugatan datang dari Direktur Asia Pasifik Amnesty Internasional (AI), Sam zarifi dalam keterangannya yang diterima pada hari Ahad (22/5/2011).  Hal ini semakin menambah rintangan dan tantangan kepada penerapan syariat Islam Di Aceh.

Tidak hanya itu, ternyata gugatan juga datang sebelumnya dari pihak luar (non muslim) maupun dari pihak dalam (muslim sekuler) sendiri. Hal ini semakin banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apakah ada yang salah apabila diberlakukan syariat Islam Di Aceh? dan mengapa harus digugas? Apakah ada yang merasa dirugikan?.

Berdasarkan beberapa pertanyaan di atas, penulis akan mencoba mengupas dan memberiakan penjelasan tentang pemberlakuan syariat islam Di Aceh berdasarkan Fiqih dan hukum positif Di Indonesia. Serta harapannya bias menjadi pelajaran yang dapat dijadikan sebagai renungan kita semua.

Menurut pandangan penulis, bila Syariat islam diberlakukan maka akan mendatangkan kemaslahatan sekaligus menolak kemudharatan dalam kehidupan umat manusia. Hal senada telah terbukti di negara-negara Timur Tegah. seperti, Arab Saudi, Suriah, Uni Emirat Arab, Yaman dan Palestina.

Kebebasan menetapkan kebijakan

Pengakuan sifat istimewa dan khusus oleh Negara kepada provinsi Aceh sebenarnya telah melalui perjalanan waktu yang panjang.Tercatat setidaknya ada tiga peraturan penting yang pernah diberlakukan bagi keistimewaan dan kekhususan Aceh yaitu Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959 tentang Keistimewaan Provinsi Aceh, UU 44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh, dan UU 18/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dengan dikeluarkannya UU Pemerintahan Aceh, diharapkan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan di Aceh untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan bagi semua masyarakat di Aceh.

Pernyataan serta dilengkapi dengan Undang-Undang keistimewan provinsi Aceh, tentang Otonomi Daerah dan Keistimewaan Provinsi Aceh sebenarnya sudah cukup jelas sebagai gambaran bila pemerintah daerah berhak menentukan berbagai kebijakan demi tercapainya kemajuan dalam berbagai aspek di Aceh tak terkecuali penegakan syariat Islam.

Tujuan Hukuman Dalam Islam

Islam mensyariatkan sanksi (uqubat) yang cukup tegas, yaitu hukuman hudud, qishash dan ta’zi,r demi menciptakan kemaslahatan publik dan menolak kemudharatan. Hukuman murtad (had ar-riddah) yaitu dibunuh, bertujuan untuk menjaga kemaslahatan agama, agar orang tidak mempermainkan agama dengan seenaknya. Hukuman minum minuman keras (had al-khamr) yaitu cambuk delapan puluh kali atau empat puluh kali dan bertujuan untuk menjaga akal agar tetap baik dan sehat. Hukuman zina (had az-zina) yaitu seratus kali cambuk bagi yang belum menikah (ghair muhshan) dan rajam bagi yang sudah menikah (muhshan) bertujuan untuk menjaga nasab dan menghindari dari penyakit yang berbahaya seperti HIV Aids. Hukuman tuduhan berzina (had al-qazf) yaitu dicambuk delapan puluh kali bertujuan untuk menjaga kehormatan. Hukuman pencurian (had as-sariqah) yaitu potong tangan bertujuan untuk menjaga harta. Dan hukuman pembunuhan dan penganiayaan yaitu qishah (dibunuh atau dianiaya pula) bertujuan untuk menjaga jiwa manusia.

Dengan penjelasan diatas maka jelaslah bahwa hukuman dalam Islam baik berupa potong tangan, rajam, cambuk dan sebagainya, tidaklah melanggar HAM seperti yang diutarakan Direktur Asia Pasifik Amnesty Internasional (AI) Sam zarifi, justru sebaliknya hukuman tersebut bertujuan untuk melindungi HAM dan memberikan keadilan yang sejati, serta menciptakan ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Di samping itu tujuan utamanya yaitu untuk memberi efek jera dan pembelajaran sehingga dapat mencegah perbuatan kriminal atau maksiat. Inilah harapan kita semuanya.

Islam dan Tindak Kekerasan


Masih hangat dalam ingatan kita tentang ceramah yang disampaikan oleh Pope Benedictus pada 12 Sepetember 2006 lalu. Dalam ceramahnya yang membahas tentang relasi agama dan akal, ia menukil dialog antara imperatur Bezantium Emanuel II dengan  seorang pemikir Persia (kini Iran-red) yang terjadi pada tahun 1391 M berkaitan dengan Islam dan Kristen.  Ceramah yang menimbulkan reaksi beragam, antara pro dan kontra. Hal ini membuktikan bahwa orang-orang kafir tidak senang melihat kejayaan Islam, salah satunya  pemberlakuan syarat Islam Di Aceh. Firman Allah (Al-Anfal [8] 60);

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ  يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (60
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya: sedang Allah mengetahuinya, apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.

Pada ayat ini Allah memerintahkan kita untuk selalu waspada dan tegas terhadap musuh yang senantiasa berusaha untuk menghancurkan kaum muslimin. Cara kita untuk menghadapi mereka adalah dengan mempersiapkan segala sesuatu yang kita mampu. Hal tersebut dapat berupa kekuatan akal, anggota tubuh, dan berbagai jenis persenjataan dan yang semisalnya yang dapat membantu untuk menghadapi musuh. Titik pendalilan di sini adalah persiapan kekuatan untuk pembelaan diri dan keberanian dalam menghadapi musuh.

Atas dasar ini pula  dapat dijelaskan bahwa Islam sebagai agama yang ajarannya didasari oleh ideologi dan pandangan dunia ketuhanan terhadap Sang Pencipta alam semesta Yang Maha Esa pun tidak terlepas dari beberapa konsep tindak kekerasan, jihad sebagai contoh konkritnya. Atas dasar itu pula maka tolok ukur legalitas kekerasan dalam kaca mata Islam hanya bertumpu kepada konsep ke-Esa-an Tuhan (tauhid) dengan berbagai konsekuensinya termasuk Tuhan sebagai satu-satunya Dzat yang memiliki otoritas mutlak dalam menentukan hukum, termasuk menentukan hukum jihad. Konsep tauhid inilah yang didukung oleh argumen sejarah, teks, fitrah dan akal sehat manusia, bukan konsep monoteis yang telah terpolusi dengan polyteis seperti pada doktrin Trinitas yang tidak memiliki dasar sejarah, teks ataupun rasio sehat manusia.

Kesimpulan
Banyak lembaga-lembaga dan sebagian kalangan yang dengan pemikiran pendeknya menganggap sesuatu yang baik itu buruk. Padahal bila dikaji lebih dalam, hal yang dikaji bisa mendatangkan sesuatu yang sangat berguna. Begitu pula Pemberlakuan Syariat Islam khususnya Di Aceh, bila Syariat islam diberlakukan bukan melanggar HAM seperti yang diutarakan Sam zarifi Direktur Asia Pasifik Amnesty Internasional (AI), tetapi justru sebaliknya Syariat dan hukum islam akan mendatangkan kemaslahatan sekaligus menolak kemudharatan dalam kehidupan umat manusia jika dilaksanakan dengan penuh kesadaran oleh semua lapisan masyarakat.

Sumber:
  1. Wikipedia, “Daerah Khusus”, di http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_khusus (diunduh 26 Maret 2012)
  2. Sam zafiri,”hukum cambuk melanggar HAM”, di http://www.hidayatullah.com/read/17217/26/05/2011/ketika-syariat-islam-di-aceh-mulai-digugat!.html (diunduh 26 Maret 2012)
  3. Hidayatullah, “Syariat Islam”, di http://www.hidayatullah.com/read/17217/26/05/2011/ketika-syariat-islam-di-aceh-mulai-digugat!.html (diunduh 26 Maret 2012)
  4. Al-Shia,”Islam dan Tindak Kekerasan”, di http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/007.htm (diunduh 27 Maret 2012)
  5. Idii.info, “Jihad”, di  http://ldii.info/ayat-ayat-jihad-dalam-al-quran.html (diunduh 27 Maret 2012)

»»  READMORE...

Thursday, November 7, 2013

Memerangi Korupsi dan Memulainya dari Diri Sendiri

#Muslim anti korupsi


Korupsi, bila kita searching diinternet maka akan banyak sekali muncul pengertian tentang korupsi. Namun yang penulis dapatkan, sebenarnya korupsi ini berasal dari bahasa latin: yakni corruptio atau corrumpere yang bermakna busuk, rusak, memutarbalik, serta menyogok. Bila kita telusuri lebih dalam terkait korupsi yang terjadi di Indonesia misalnya, korupsi bisa dibilang tindakan kriminal yang dilakukan secara halus dan biasanya dilakukan oleh pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat didalamnya atas dasar dan tujuan tertentu. Misalnya, untuk mendapatkan keuntungan sepihak dengan menyalahgunakan kepercayaan publik.

Argumen diatas hanya sekilas jika kita berbicara masalah korupsi pada takaran teori. Namun satu hal yang ingin penulis sampaikan ketika mendapat info tentang lomba menulis pada tanggal 26 Oktober lalu. Ada sebuah ungkapan menarik disana, kira-kira begini “Apakah anda Muslim Anti Korupsi? Mari Perbaiki Bersama Bangsa ini dengan mengikuti Lomba Menulis tentang budaya korupsi yang merusak mental spiritual bangsa kita dan bagaimana cara memperbaiki kerusakan akibat budaya korupsi yang merajalela di tengah masyarakat Indonesia.” Ada makna yang tersirat sebenarnya disana dan penulis menyimpulkan ‘kalau saya mengikuti lomba ini terlepas dari menang ataupun kalah, paling tidak saya sudah berpartisipasi sebagai seorang muslim anti korupsi dan sedikit berkontribusi memperbaiki bangsa walau hanya melalui tulisan’. hehe..

Nah,, sekarang kembali kepermasalahan, jika kita menyaksikan berita di televisi maka berita yang tidak pernah absen dan selalu muncul adalah tindak pidana korupsi. Kasusnya seperti apa saja? Pasti kebayang kan? Misalnnya kasus Wisma atlet, Hambalang, Century dan yang tengah hangat-hangatnya diperbincangkan baik dimedia cetak maupun media elektronik saat ini adalah kasus suap yang menyeret nama ketua MK, tau sendirikan siapa pelakunya? miris melihatnya. Dari beberapa kasus yang disebutkan diatas, status pelakunya juga bermacam-macam, mulai dari yang saksi, terduga, hingga tersangka dan akhirnya mendekam dalam penjara. Tapi, ada juga yang jelas-jelas ia tersangaka tetap bisa berlalulalang dan beraktifitas seperti biasa. Mengapa demikian? Entahlah..

Satu statement yang juga penulis ambil dari info lomba menulis dengan tema “Muslim Anti Krupsi’ yang isinya begini, “korupsi sudah sangat mengakar dalam kehidupan masyarakat kita...” benar atau tidaknya ungkapan tersebut, namun fakta berbicara demikian. Banyak sekali kasus korupsi di negeri ini, mulai dari yang kelas teri sampai pada kelas kakap dan itu ditandai dengan banyaknya berita-berita tentang kasus korupsi yang seolah tiada habisnya, bahkan selalu bermunculan dan mulai terbongkar satu-persatu. Jika sudah seperti ini, wajar jika banyak masyarakat yang kecewa dengan sistem birokrasi dinegara kita dan ada beberapa yang memilih golput dari pada menggunakan hak suaranya dalam pilkada atau pemilihan umum misalnya, sehingga terjadilah berbagai ketimpangan dan ketidakadilan sosial di negeri ini. Padahal jelas-jelas terdapat sebuah nilai pada sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun sayangnya, belum semua warga negara kita merasakan keadilan seperti apa yang tertanam dalam sila kelima tersebut.

Kalau sudah begini jadinya, rasanya saya ingin hidup di zamannya Khalifah Umar bin Khatthab seperti yang sering ibu ceritakan kepada saya setiap hendak tidur diwaktu masih kanak-kanak, setiap sebelum tidur, ibu sering bercerita atau berdongen, satu yang masih teringat dibenak penulis adalah tentang bagaimana kita sebagai muslim untuk meneladani kepemimpinan Umar bin Khatthab. Dimasa kepemimpinannya, sama sekali tak ada tindakan korupsi, sistem birokrasinya juga terbuka, tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyat, dana zakat dikelola dengan sangat baik hingga warganya hidup makmur dan penyebaran agama Islam berkembang sangat  pesat hingga hampir keseluruh jazirah Arab. Khalifah Umar juga dikenal sangat keras dan tegas namun juga Amanah dan bertanggung jawab serta memiliki rasa kasih sayang kepada rakyatnya. Yang masih teringat dibenak saya, ketika ada sebuah kisah dimana pada suatu malam, pada saat Khalifah Umar bersama pembantunya bernama Aslam sedang melihat-lihat kondisi rakyatnya, beliau menemukan seorang ibu yang sedang memasak dan dua orang anaknya menangis tiada henti. Ketika ditanya, sang ibu yang tidak mengetahui jika itu Khalifah Umar menjawab semua ini karena Khalifah Umar yang tidak memperhatikan rakyatnya padahal dia adalah seorang janda yang ditinggal mati suami karena ikut berperang membela agama islam. Karena tidak memiliki apa-apa, sang Ibu menyuruh anaknya berpuasa dan saat berbuka tiba sang ibu memasak batu yang tentu tidak bisa matang sambil sesekali menghibur kedua anaknya. Khalifah tidak marah dan langsung menuju gudang penyimpanan gandum, memanggulnya sendiri tanpa mau dibantu lalu memasakkannya untuk keluarga tersebut. Dari sepenggal kisah ini, tentu sudah sangat jarang sekali kita melihat sosok pemimpin yang berhati mulia dan yang benar-benar ingin bekerja setulus hati demi kepentingan rakyat seperti Khalifah Umar, kalaupun ada masih sangat sedikit jumlahnya, inilah yang menjadi problem di negara Indonesia.

Berbicara penomena korupsi di Indonesia bukanlah hal yang tabu, tanpa kita sadari terkadang kita juga sering melakukan tindak korupsi walaupun hanya dalam jumlah dan skala yang kecil. Seperi ketika kita telat datang dalam sebuah pertemuan atau janjian atau istilah umumnya ‘jam karet’ banyak orang mengatakannya, contoh lain misalnya ketika kita tanpa diduga tertangkap polisi saat berkendara dan terkena tilang yang ujung-ujungnya biasanya akan ada sebuah negosiasi kecil-kecilan disana untuk mengajak polisi damai, demi keuntungan keduabelah pihak tindakan suap berupa ‘uang pelicin’pun tak dapat dielakkan. Inilah beberapa contoh tindak korupsi yang sudah melekat pada sebagian besar warga negara Indonesia. Kalau sudah begini, yang jadi pertanyaannya sekarang adalah, sampai kapan korupsi akan terus menggerogoti masyarakat kita? jangankan dalam skala dan jumlahnya yang besar yang akan menyeret beberapa tokoh dan pejabat elit pemimpin negeri ini, dalam skala kecilpun kita masih sering melakukannya. Bukankan seperti kata pepatah mengatakan ‘hal yg sangat kecil dapat menyebabkan masalah yg sangat besar, maka jangan pernah meremehkan hal-hal kecil’. Begitu juga dengan korupsi, kalau kita sudah terbiasa melakukan tindak korupsi dalam hal-hal kecil, bukan tidak mungkin sewaktu-waktu korupsi dalam jumlah yang besar akan kita lakukan.  Astagfirullah, mudah-mudahan kita senantiasa dalam lindungan Allah Subahnawataala.

Pada akhirnya, Marilah kita bersama-sama untuk memerangi dan memberantas korupsi dimulai dari diri kita sendiri. Karena segala sesuatu yang baik akan lebih baik lagi bila kita memulainya dari diri kita terlebih dahulu.  Cukup kita bercermin pada kesalahan orang lain selain kesalahan diri kita sendiri, agar kita tidak terjerumus pada kesalahan yang sama dan akan memacu kita agar kesalah itu tidak menimpa kita. 

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ringan ini. 



kunjungi link ini juga ya:



»»  READMORE...