Bermula dari
semakin populernya jejaring sosial di negeri ini, kugoreskan sedikit penaku
dalam selembaran kertas putih untuk membuat rangkaian kata-kata berupa kalimat
yang memiliki sedikit rentetan makna yang dapat kita renungkan dikemudian hari.
Suatu malam,
kusempatkan diri mengunjungi warnet tempatku mencari-cari tugas. Setelah
berkutak-katik dengan tugas yang belum sepenuhnya rampung, kusematkan membuka
akun pribadiku yang tengah marak saat ini dikalangan anak remaja khususnya.
Facebook, ya.. benar sekali, facebook sudah menjadi trending topic dikalangan
anak remaja. Selain facebook, aja juga jejaring sosial seperti Twitter dan beberapa media sosial lainnya.
Kembali ke
warnet, setelah membuka facebook maka kita akan dihubungkan dengan sebuah
system yang menghubungkan jutaan manusia dari seluruh penjuru dunia dan dengan
bermacam-macam karakter pula. Tak heran, ketika seseorang meng up-date status
atau memperbaharui statusnya maka sepintas akan ketahuan watak dan sifatnya.
Status yang di up-datepun bermacam-macam, mulai dari yang “bingung”, “galau”, “sakit”,
“sedih”, ”senang”, dan sampai hal-hal yang sifatnya pribadipun dicurahkan
ke dunia lain ini bernama facebook.
Akan tetapi,
inti persoalannya bukanlah pada facebook, melainkan pada manusianya yang
seolah-olah seperti orang yang kebingungan, dan menumpahkan setiap masalahnya
melalui status supaya mendapat komentar, secara tidak langsung sebenarnya
hal-hal seperti itu sangat bertentangan dengan norma-norma agama dengan membuka
aib pribadi dihadapan orang lain.
Beberapa contoh
status’ misalnya; “bingung nich, mau ngapain?..
enaknya kemana ya” atau “adduuuucchh,,,,,
pusing banget ngerjain tugas seharian, tidur aah.. hick,,hick,,hick,,”. Wahai
sahabat, ketahuilah, menurut beberapa ahli psikologi, ketika seseorang mengeluh
maka mentalnya akan jatuh, dan semangat belajarnya juga akan turun, terlebih
bila mengup-date status yang sama sekali tidak ada manfaatnya walaupun hanya
iseng-iseng belaka.
Berkaitan dengan
bingung, ada sebuah kisah yang menceritakan tentang kesuksesan bermula dari
kebingungan. Ketika seseorang melihat buah apel jatuh dari rantingnya kebawah,
mungkin manusia pada umumnya menganggap itu adalah hal yang wajar dan biasa.
Akan tetapi tidak dengan Sir Isaac Newton (1643-1727 M), pasti anda mengenalnya bukan? Ya.. Ia adalah ahli
fisika, matematika, astronomi, kimia dan ahli filsafat yang lahir di Inggris
pada 4 Januari 1643. Suatu hari Newton mendapatkan rumus tentang teori
gravitasi dari sebuah apel yang jatuh dari pohon. Di kisahkan bahwa suatu hari
Newton duduk dan belajar di bawah pohon apel dan saat itu sebuah apel jatuh
dari pohon tersebut. Dengan kening berkerut serta kebingungan ia tetap fokus mengamati
apel yang jatuh, Newton mengambil kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang
menarik apel tersebut jatuh kebawah, dan kekuatan itu yang kita kenal sekarang
dengan nama gravitasi.
Jadi, intinya
adalah tak segala masalah yang kita curahkan melalui status akan berujung pada
penyelesaian masalah. Terlebih kepada orang yang tengah dalam keadaan
“bingung”, bingung boleh jadi menjadi
salah satu hal yang melekat pada diri
seseorang.
Dalam dunia
akademik misalnya, bingung sebenarnya memiliki konteks yang sangat luas. Akan tetapi
untuk kalangan pelajar tak perlu resah dan galau, maka ubahlah sifat kita yang
sering meng up-date status. Kembangkanlah potensi yang ada pada diri kita seperti
layaknya Sri Isaac Newton yang mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian
yang bermula dari kebingungan, karena sesungguhnya bingung itu sebagai awal dari
pengetahuan.
No comments :
Post a Comment