Monday, November 25, 2013

Liburan ke Solo, Perjalanan yang Mengesankan


Surakarta, atau biasa orang menyebutnya kota Solo merupakan kota yang sangat kental akan sejarah yang menjadi kebanggaan masyakatnya. Sebuah tempat yang membuat saya terkesima dengan beragam warisan budaya dan pesona alamnya yang sangat mempesona. Paling tidak beberapa hari harus Anda sisihkan waktu untuk menikmati semua sajian wisata yang mengagumkan disini, Di kota Solo. Dari menjelajahi kota sambil melihat keraton, mengunjungi pasar tadisional, berbelanja batik dan sebagainya. itulah beberapa keinginan yang masih belum terealisasikan dalam perjalanan hidup saya.

Sebelumnya, perkenalkan nama saya Muhammad Erwin Dianto, atau Erwin biasa teman-teman memanggil. Saya lahir dan dibesarkan Di Bumi Serambi Mekkah atau provinsi Aceh. Walaupun saya besar di Aceh, namun darah dan logat Jawa tetap melekat dan tidak bisa hilang dari diri saya karena memang masih memiliki garis keturunan Jawa dari ibu saya. Bahkan pada saat awal-awal saya sekolah di Madrasah Aliah Negeri 1 Takengon sekitar pertengahan tahun 2008 saya memiliki sapaan akrab “Mas Jowo” entah siapa yang memulainya, namun saya tetap senang, bangga dan bersyukur dengan apa yang dianugerahkan Tuhan kepada saya.

Sekilas perkenalan dari saya, namun yang menjadi inti dari tulisan ini sebenarnya saya ingin berbagi pengalaman pada saat saya mengunjungi kota Solo dalam beberapa kesempatan. Kecintaan saya terhadap Solo bukanlah seperti cintanya anak jaman sekarang yang mudah “putus nyambung” kaya lagunya BBB, melainkan kecintaan saya terhadap Solo seperti lagunya Afgan yang liriknya kira-kira begini “cintaku, bukanlah cinta biasa...” (hanya sekedar lelucon, walaupun kelihatannya tidak lucu, #lanjut nulis).

Ya, rasa kagum saya terhadap kota Solo sudah sangat lama.  Dimulai beberapa tahun lalu sejak saya memiliki handphone murahan namun sudah dilengkapi dengan fasilitas MP3, dan beberapa lagu hits campursari milik Didi Kempot selalu memuncaki daftar pilihan yang akan saya putar setiap hari. Diantaranya lagu yang berjudul Stasiun balapan, Sewu kuto, Tanjung Mas Ninggal Janji dan Parang Tritis selalu menjadi pilihan saya sebagai pelepas rindu keinginan berkunjung ketempat-tempat yang disebutkan dalam lirik lagunya Kang Mas Didi Kempot. Lagu-lagu itu juga yang berperan besar dan menjadi alasan mengapa saya memilih untuk kuliah, menuntut ilmu dan merantau jauh dari tanah kelahiran menuju kota pelajar tepatnya di Yogyakarta setelah bermusyawarah dan bernegosiasi dengan kedua orang tua tercinta (#ngeles). Mulanya saya ingin kuliah Di Solo, tapi bukan karena kampus favorit saya ada Di Solo, melainkan karena Stadion Manahan Solo. Saya seolah memiliki keterikatan batin dengan stadion tersebut lantaran Stadion Manahan sering sekali digunakan untuk laga-laga sepak bola naisonal maupun internasional. Sampai sekarang, yang masih saya ingat adalah laga final liga Indonesia 2006 antara Persik Kediri melawan PSIS Semarang. Pertandingan berkesudahan 1-0 untuk kemenangan Persik Kediri dan menjadi kampiun liga Indonesia 2006 (miris, cuma menyaksikan drama sepak bola penuh gengsi ini hanya melalui layar televisi, namun lagi-lagi saya tetap senang dan bersyukur karena Solo sukses menyelenggarakan laga final tersebut).

Sampai pada akhirnya, tepatnya tanggal 25 bulan Mei tahun 2011 dalam catatan sejarah kehidupan dan dengan seizin Tuhan, saya akhirnya menginjakan kaki untuk pertamakalinya Di kota Solo, setelah sehari sebelumnya saya tiba Di kota Yogyakarta. kunjungan ke Solo kali pertama ini bukanlah untuk liburan, melainkan untuk menyaksikan laga final sepak bola divisi utama liga Indonsia antara Persiba Bantul melawan Persiraja Banda Aceh. Sedikit kecewa karena tim yang saya jagokan Persiraja Banda Aceh harus menyerah ditangan Persiba Bantul dengan skor tipis 0-1, Alhasil Persiba yang menjadi kampiun divisi utama liga Indonesia.

Stadion Manahan Solo
(Persiba Bantul Vs Persiraja Banda Aceh, Mei 2011)
VIP & VVIP
(Tribun Utama Stadion Manahan Solo)
(Tribun Timur Stadion Manahan Solo)
Disisi lain saya sangat senang karena bisa mengunjungi sebuah kota yang sebelumnya hanya ada diawang-awang pikiran saya, disini jugalah saya pertama sekali mendengar, melihat dan mengenal yang namanya angkringan dan nasi kucing. Sekedar berbagi informasi, bahwa angkringan sebenarnya berasal dari bahasa Jawa yaitu; 'Angkring' yang berarti duduk santai, adalah sebuah gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan khas seperti nasi kucing dan minuman semisal es teh dan es jeruk yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan di Joglosemar atau Jogja, Solo, dan Semarang. Awal-awalnya terdengar aneh dan janggal dalam pikiran singkat saya, kalau yang namanya nasi kucing ya berarti yang makan juga kucing 'donk?. Tapi ternyata, kalau makanan ini dia sudah masuk kemulut, adooooohh.. tak ada yang bisa tahan dia punya godaan (sok-sok bahasa ketimuran #berantakan). Tapi serius, sampai-sampai saya habis enam bungkus nasi kucing, lima gorengan, serta segelas es teh. Entah memang saya amat sangat lapar karena menahan perut yang keroncongan selama pertandingan sepak bola berlangsung, atau memang karena rasa nasi kucing+sambal yang begitu nikmat. Tapi yang jelas, kejadian ini menjadi sebuah pelajaran dan pengalaman hidup paling mengesankan yang saya dapatkan Di Solo.

Angkringan
(sumber: www.ciputraentrepreneurship.com)
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, tujuan saya terbang jauh-jauh dari Aceh ke Jogja dan Solo bukanlah untuk sekedar berlibur atau menyaksikan pertandingan sepakbola dan makan nasi kucing saja. Lebih dari itu, saya masih memikul tanggung jawab yang sangat besar yang diamanahkan ayah dan ibu kepada saya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, yakni kuliah untuk menuntut ilmu sekaligus meendapat gelar sarjana atau S1. Sayapun memilih untuk kuliah Di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Statuspun kini berubah, kalau sebelumnya hanya bertitel siswa, kemudian lulus Ujian Nasional dan menganggur beberapa bulan, kini saya mendapat pengakuan baru yakni sebagai mahasiswa walau rasanya masih agak canggung. Namun yang namanya mahasiswa juga manusia biasa, tingkah lakunya juga terkadang unik-unik. Ada yang sangat aktif diberbagai kegiatan kampus dan sebagainya, ada juga begadang setiap malam walau begadang itu tiada artinya (wes koyo lagune bang Haji), ada juga yang asik nongkrong bersama teman-teman seperjuangannya, walau sekedar berdiskusi kecil-kecilan disela-sela nongkrong seusai makan malam dan inilah yang biasa saya lakukan bersama teman-teman. Hal-hal yang dibicarakan juga bermacam-macam, mulai dari politik (walau dikelas hanya fokus pada handphone masing-masing), tingkah polah mahasiswa, wanita juga tidak lepas dari bahan gosip-gosipan serta tidak luput dosen menjadi sasaran pembicaraan dan sebagainya. Sampai pada satu momen kami membicarakan untuk jalan-jalan ke Solo.

Mulanya saya curhat kepada kedua sahabat saya, yakni Darmanto atau lebih seneng dia dipanggil Bbebk , katanya Bbebk itu singkatan dari Benar-benar keren (#pprrreeeeettt...) Bbebk berasal dari kota Magelang dan teman saya yang satunya yakni Udin biasa dipanggil Udin, ia berasal dari Pati Jawa Tengah. Ceritanya saya curhat pada teman-teman saya ini dan membujuk mereka untuk menemani saya naik kereta api (jujur saya belum pernah naik kereta api sama sekali) karena memang di Aceh tidak ada alat transportasi kereta Api. Usut  punya usut, ternyata eh’ ternyata, kedua teman saya ini juga belum pernah merasakan apa yang ingin sekali saya rasakan (mbaten saya, iki cah loro lahir neng Njowo, gede neng Njowo, urip yo neng Njowo tapi kok yo gedenen di dzolimi, mosok numpak Kereto e rapernah ki pie?). Hingga kami putuskan untuk berlibur diakhir pekan mengunjungi kota Solo, tentu dengan menggunakan Kereta Api (ben ra ketok banget le ndeso).
Saya Di stasiun Lempuyangan
Tiket kereta Prameks II
Anam, Bbebk, dan Udin
Tercapailah hasrat keinginan kami untuk menaiki kereta apa, tepatnya pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2012 sebagai moment yang paling berkesan saat kami bertandang ke kota Surakarta, mengapa berkesan? Karena liburan yang satu ini tidak ada tempat khusus yang ingn dikunjungi. Intinya kami kepingin naik kreta dan sampai Di Solo. kamipun bertolak dari stasiun Lempuyangan sekitar pukul 09:35.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam lebih lima menit bersama kereta bernama PRAMEKS_II, tibalah kami di stasiun Balapan kota Solo pada pukul 10:40 WIB. Dengan tiket hanya sebesar Rp. 10.000 tentu sangat terjangkau untuk ukuran mahasiswa seperti kami dan masyarakat umum yang tinggal diseputaran Jogja-Solo untuk berliburan naik kereta dan menjadi salah satu alternatif liburan seperti yang kami lakukan. Hehe..

Setelah tiba Di stasiun Balapan, kami langsung mencari warung makan, namun karena kami hanya berjalan kaki maka kami hanya berkunjung kebeberapa titik diseputaran stasiun (#wedi kesasar). Hingga setelah beberapa menit pontang panting berjalan kesana kemari, kami memutuskan untuk makan Di Angkringan, tepatnya disamping perempatan sekitar monumen Banjarsari. Setelah menunaikan tugas memberi makan siperut, kami sempatkan sejenak untuk berteduh dan berfoto-foto ria dikawasan Monumen Banjarsari.
Bersaintai dan menikmati sejuknya taman Monumen 45 Banjarsari

Bbebk & Udin pingin exis

Saya juga tak kalah exis
Saya tak habis pikir, dibenak saya monumen ini sebelumnya adalah kawasan kumuh yang padat akan Pedagang Kaki Lima (PKL). Namun kini, tempat tersebut sudah menjadi tempat wisata keluarga, kawasan terbuka hijau dan ramah dengan para pejalan kami seperti kami. Tentu hal ini tidak lepas berkat tangan dingin mantan wali kota Solo yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang mampu merelokasi PKL tanpa adanya baku hantam, tanpa adanya tonjok-tonjokan seperti yang biasa kita liat di berita Televisi. Melainkan relokasi PKL dari Monumen 45 Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo berlangsung sangat tertib dan manusiawi.

Setelah puas berfoto-foto dan menikmati keindahan Monumen 45 Banjarsari, kami melanjutkan perjalanan menuju monumen Patung Mayor Achmadi di Proliman Banjarsari.

Berkelana disekitaran monumen 45 Banjarsari
Sekedar informasi, monumen Patung Mayor Ahmadi di Proliman Banjarsari diresmikan pada tanggal 7 Agustus 2010. Pemilihan tanggal disesuaikan dengan nilai filosofis, yakni pada tanggal itu pernah terjadi serangan umum. Serangan Umum Surakarta berlangsung pada tanggal 7-10 Agustus 1949 secara gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Menurut catatan sejarah, serangan itu digagas di kawasan Monumen Juang 45, Banjarsari, Solo. lihat (www.soloaja.com)
Kokohnya Monumen Patung Mayor Achmadi

Monumen Patung Mayor Achmadi dari belakang

Monumen Patung Mayor Achmadi dari depan

Anam (orange) juga kepingin exis bareng Patung Mayor Achmadi
Namun disela-sela berfoto ria Di monumen Patung Mayor Ahmadi, hujan mengguyur kota Solo, kamipun kelabakan mencari tempat berteduh. Sampailah kami disebuah masjid dan bertehud hampir tiga sampai empat jam, kami sempatkan untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan Ashar dimasjid tersebut sambil menunggu hujan reda.

Ahirnya hujan mulai reda sekitar pukul 15:30 WIB, kami pun memutuskan untuk kembali ke Stasiun, namun yang namanya anak-anak muda narsis, kami sempatkan kembali untuk mengabidakan moment-moment yang sangat berkesan ini. Kami berfoto-foto ria kembali disebuah halte bus atau sejenisnya tepatnya didepan Pasar Ayu Balapan Surakarta.
Bbebk dengan sendal jepitnya

Saya dan Aman menapat serius kearah pasar Ayu Balapan


Pasar Ayu Balapan dijepret dari seberang jalan
Sempat terjadi perdebatan kecil saat kami berada didepan pasar Ayu Balapan, si Udin sangat ingin masuk ke pasar tersebut untuk melihat apa yang ada didalamnya, manun si Bbebk lebih memilih untuk kembali ke Stasiun, takut kehabisan tiket kereta. Untuk menghindari perdebatan yang lebih panas, Aman yang wataknya memang lebih dewasa mencoba mengambil jalan tengah, dan memutuskan perkara tersebut dan akhirnya berdasarkan pemikiran intelektualnya si Aman, "Sebaiknya, saat ini kita ke Stasiun saja, biar ngk kehabisan tiket, namun dilain kesempatan kita sisihkan waktu untuk kembali mengunjungi Solo dan salah satu tempat yang akan kita tuju adalah pasar Ayu Balapan, pie Din...? setuju ra...? dengan lugunya si Udin mengiyakan kata-kata bijak si Amam, "yo wes.. neng tenan sikok nak rene meneh, kudu melebu pasar Ayu yo" (ya sudah, tetapi jika satu saat kita kembali ke Solo lagi, harus masuk ke pasar Ayu). teman-temanpun menyepakatinya.

Sampai pada akhirnya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Balapan.
Jl. Gajah Mada

Setibanya kami di stasiun, kami putuskan untuk membeli tiket kereta tujuan Jogja bernama Sriwedari AC cukup dengan harga tiket Rp. 20.000 namun sudah difasilitasi dengan tempat duduk dan AC.
 
Bbebk & Rel kereta di Stasiun Balapan

Salah satu gerbong kereta

satu-satunya foto kami berempat

JANGAN BERCANDA DENGAN MAUT..!!

Sebelum kereta bertolak menuju Jogja, kami sempatkan untuk sejenak kembali berfoto-foto di stasiun Balapan. Saya pribadi masih merasa mimpi bisa menginjakan kaki di Stasiun Balapan, yang kalau sebelumnya hanya dapat saya nikmati melalui lagunya Didi Kempot.

Sebagai klosing-stetmen ada beberapa point yang ingin saya sampaikan.
  1. Masyarakat Solo ramah-ramah, sekali kita senyum langsung dibalas dengan senyuman (#gombaalll)
  2. Kotanya cukup bersih dan nyaman serta ramah bagi pejalan kaki
  3. Sarana transportasi masalnya juga mudah dijangkau
  4. Sangat tepat menjadi tempat berlibur keluarga dan wisata kuliner salah satunya #Nasi Kucing
  5. Mata kita akan dimanjakan dengan berbagai peninggalan sejarah, budaya serta keunikan-keunikan lainnya.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan, tapi sulit diungkapkan dengan kata-kata :P.. walaupun hanya sekilas tapi saya beruntung sudah mengunjungi salah satu kota yang menjadi icon Indonesia di mata Dunia. Yang jelas, kita harus bersyukur atas ciptaan Tuhan yang entah bagaimana Ia merancangnya. Sebagai manusia, sudah selayaknya dan sepatutnya kita untuk menjaga keasrian dan melestarikan kota Surakarta dan segala yang ada didalamnya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ringan ini dan kami persembahkan untuk mengikuti lomba menulis "Tentang Kota Solo" yang diselenggarakan oleh kesan.tentangsolo.web.id.


Literatur pendukung:

1 comment :

  1. wah keren yaaa liburan ke solo itu,...
    recomended banget deh buat yang belom pernah ke solo, baju batik murah-murah, tapi juga pinter-pinteran kita nawar juga sih sama toko apa yang dikunjungin

    ReplyDelete